Senin, 10 April 2017

BEBEK INDIA DIPAUDKU

AKU BERMAIN PERAN
SEBAGAI PAK POLISI
STOP - DILARANG PARKIR

AKU BERPERAN SEBAGAI POLISI WANITA
SIAP MELAYANI,MELINDUNGI DAN MENGAYOMI
MASYARAKAT





BERMAIN,BELAJAR,KREATIF INOVATIF,DAN INTEGRATIF 


     


KETERLIBATAN GURU-ORANG TUA-ANAK SANGAT LAH PENTING DALAM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK







GOA = GURU-ORANGTUA-ANAK


           1. Hubungan Kerja Sama Antara Guru Dan Orangtua
        Keterlibatan orang tua sangatlah berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Guru dan orang tua pada hakekatnya memiliki tujuan yang sama dalam pendidikan anak, yaitu mendidik, membimbing, membina serta memimpin anaknya menjadi orang dewasa serta dapat memperoleh kebahagiaan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Seorang guru akan senang melihat siswanya, ketika siswanya tersebut memiliki prestasi. Dan demikian pula orang tua akan lebih senang lagi bahkan bangga ketika anaknya memiliki prestasi. Karena itu guru dan orang tua memiliki tujuan yang sama dalam mendidik.
 Untuk dapat mewujudkan harapan tersebut, tentunya harus ada kerjasama yang baik antara guru dan orang tua. Kerja sama yang baik antara guru dan orangtua sangat penting karena dua pihak inilah yang setiap hari berhadapan langsung dengan siswa. Jika kerja sama antara guru dan orang tua kurang, maka pendidikan tidak akan berjalan dengan baik bahkan pendidikan yang direncanakan tersebut tidak akan berhasil dengan baik.  Kerjasama antara orang tua dan guru akan mendorong siswa untuk senantiasa melaksanakan tugasnya sebagai pelajar, yakni belajar dengan tekun dan bersemangat.
Selanjutnya, Interaksi yang baik antara orang tua dan guru yang bernilai informasi tentang situasi dan kondisi setiap siswa, akan melahirkan suatu bentuk kerja sama yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah. Hubungan kerja sama tersebut sangatlah penting. Sebab dengan adanya kerjasama tersebut orang tua dan guru dapat mengetahui kondisi siswa baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah. Dalam hal ini guru dapat memperoleh informasi dari orang tua, bagaimana anak tersebut ketika berada dirumah, apakah dirumah anak mengulang pelajaran atau tidak dan sebagainya.
Demikian juga orang tua juga dapat memperoleh informasi dari guru yaitu tentang bagaimana kemajuan anak tersebut dalam belajar dan bagaimana sikap seorang siswa tersebut ketika dilingkungan sekolah.Namun, yang terjadi dalam prakteknya adalah ada sebahagian orang tua yang beranggapan bahwa setelah anak dimasukkan dalam lingkungan sekolah, maka tanggung jawab diserahkan oleh guru seutuhnya. Padahal hal tersebut adalah tindakan yang salah. Orangtua yang berhadapan langsung dengan anak di rumah, memiliki peran yang tidak kalah penting bahkan jauh lebih besar dari guru. Sebagian besar waktu siswa habis di rumah bukan di sekolah. Di sekolah anak belajar antara 6 hingga 7 jam sedangkan sisanya banyak dihabiskan di rumah. Oleh karena itu, sangat tidak pantas jika orang tua menyerahkan semua tanggung jawab kepada guru di sekolah.Padahal, waktu yang dimiliki guru untuk mendidik anak di lingkungan sekolah sangat terbatas. Bahkan seorang guru dalam prakteknya dilingkungan sekolah harus memperhatikan banyak anak didik. Tentunya hal ini tidaklah mungkin dilakukan jika orang tua menyerahkan semuanya tentang kemajuan anak didik ditangan guru seutuhnya. Dan sangat tidak mungkin jika guru hanya memperhatikan satu siswa saja. Contonya adalah, pembelajaran sentra peran dan persiapan yang mana bahasa dalam pembelajaran sentra tersebut sangat dominan  tentunya seorang anak  tidak akan dapat lancar mengungkapkan bahasa  dalam waktu singkat tanpa bantuan orang tuanya yang mengajarinya dirumah, dengan cara mengajaknya mengulang pelajaran sekolah dirumah. Contoh lain lagi adalah ketika setiap masuk ke kelas mengajak anak didiknya berdoa sebelum belajar. Guru juga berpesan pada anak didik untuk dilaksanakan ketika di rumah. Namun, ternyata orangtua tidak melanjutkan untuk mengajak anak berdoa.Hal ini tentunya membuat anak merasa tidak diperhatikan orang tuannya hingga akhirnya hanya menjadi teori pelajaran bagi anak di sekolah.
Contoh di atas tersebut membuktikan kepada kita bahwa kerjasama antara orang tua dan guru sangatlah penting. Guru di sekolah mendidik dengan sepenuh hati, demikian pula orang tua sepenuh hati mendidik anaknya di rumah. Sudah bukan zamannya lagi jika orangtua berkata menyerahkan tugas dan tanggungjawab pendidikan anaknya kepada guru. Dan berharap guru dapat menjadikan anaknya pintar dan berakhlak mulia namun orang tua tidak turut ikut campur tangan mendidik anaknya. Orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap anaknya bukan saja hanya menyiapkan makan, pakaian dan tempat tinggal. Namun lebih dari itu, orangtualah yang sesungguhnya menjadi pendidik utama bagi anak-anaknya. Hal inilah yang belum disadari  oleh sebagian besar masyarakat. Karena itu, tentu akan lebih baik jika guru rutin mengadakan pertemuan dengan orangtua murid  untuk melakukan konsultasi terhadap kemajuan dan masalah yang di hadapi oleh anak tersebut. Dalam kegiatan konsultasi tersebut, orangtua yang satu dengan yang lain bisa saling bertukar cerita atau masalah yang dihadapi anaknya masing-masing. Saling memberi masukan dan mencari pemecahan masalah bersama. Guru juga bisa menyampaikan hal-hal baru yang harus dilakukan orangtuanya di rumah saat mendampingi anak-anaknya. Bahkan, sangat baik jika sekolah memfasilitasi setiap kali pertemuan guru dan orang tua, didatangkan pembicara yang merupakan ahli dalam pendidikan. Pengetahuan orangtua siswa dalam mendidik anak akan bertambah. Pendidikan pada siswa akan membuahkan hasil lebih baik.
2. Kemitraan Antara Lembaga PAUD dan Orangtua
Sekelompok orang yang saling berhubungan dan kemudian membentuk kelompok yang lebih besar disebut dengan masyarakat (http://wikipedia.co.id). Keluarga adalah masyarakat kecil, sehingga orangtua merupakan bagian dari masyarakat. Orangtua selalu mengharapkan hal yang terbaik bagi anaknya dan idealnya selalu berusaha melakukan yang terbaik bagi anaknya. Untuk itu, orangtua perlu menyadari bahwa pendidikan bagi anak terutama pada usia dini tidak lantas hanya menjadi tanggung jawab pendidik di lembaga PAUD yang dipercaya namun lebih dari itu orangtua dan pendidik seyogyanya menjalin kerjasama yang sinergis demi perkembangan anak.
Kerjasama yang dapat dilakukan antara pendidik dan orangtua antara lain dimulai dari yang paling sederhana yaitu komunikasi. Komunikasi bisa dilakukan secara langsung dan tak langsung. Komunikasi langsung yaitu berupa orangtua hadir ke lembaga untuk berdiskusi dan konsultasi berkaitan dengan perkembangan dan permasalahan anak, dapat pula dalam bentuk kunjungan yang dilakukan pendidik kepada orangtua sebagai wali anak, atau pun berupa pertemuan yang dilaksanakan dengan undangan kepada orangtua. Selain itu, komunikasi langsung pun dapat dilakukan dengan alat bantu komunikasi berupa telepon. Untuk komunikasi yang tak langsung dapat diwujudkan dalam bentuk buku penghubung, surat atau surel (surat elektronik), dan sebagainya. Dikatakan tak langsung dikarenakan jawaban tidak dapat langsung diterima oleh komunikan, sehingga diperlukan beberapa waktu untuk memperoleh feedback (umpan balik).
Lebih lanjut, kerjasama pendidik dan orangtua dapat dilakukan dengan persamaan persepsi serta membangun konsistensi pembiasaan dan pembelajaran bagi anak antara di rumah dan di lembaga. Dalam hal ini, program parenting yang sudah ada sebelumnya, dapat dioptimalisasikan sebagai bentuk kegiatan bimbingan kelompok. Hal ini sangat dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan bagi anak. Adapun cara membangun kemitraan kerjasama dengan orang tua di lembaga kelompok bermain Mentari adalah :
a.    Pertemuan orang tua di Lembaga PAUD
Pertemuan guru dan orang tua dari murid diadakan beberapa kali untuk memberi informasi kepada orang tua mengenai kemajuan anak-anak.para guru melaporkan bahwa pertemuan itu produktif dalam memberikan pengertian yang dalam tentang anak.orang tua juga percaya bahwa pertemuan  itu menguntungkan karena mereka mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan,mendapat jawaban atas pertanyaan mereka.Agar pertemuan  orang tua berjalan dengan lancar maka lembaga  harus membuat perencanaan, sebelum pertemuan  guru dan orang tua dilaksanakan maka guru harus mengirim sebuah agenda kepada orang tua murid,agenda tersebut berisi daftar waktu,tempat dan masalah masalah yang akan dibahas oleh guru kepada orang tua murid.dan guru menyiapkan ruang untuk orang tua menjawab.kemudian telusuri map setiap anak dan buatlah catatan tentang kemajuannya di Lembaga dan guru dan orang tua saling memberi pendapat tentang anak.Kemudian orang tua dan guru saling berkomunikasi untuk memecahkan masalah atau isu yang muncul selama pertemuan  terjadi.
b. Kegiatan Home Visit
       Kegaiatan home visit ini merupakan kegiatatan lembaga yang dapat memberikan umpan balik (feed back) dari orangtua peserta didik kepada pihak sekolah. Kegiatan home visit ini secara langsung melibatkan orangtua peserta didik berpartisipasi dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan sekolah. Mengenai bentuknya dapat berupa moral, bantuan tenaga, pemikiran atau berupa bantuan material yang tentunya disesuaikan dengan kemampuan masing masing orangtua peserta didik.Dengan demikian, tujuan sekolah dengan program home visit-nya  akan dapat tercapai dengan baik. Melalui kunjungan rumah ini pula, pendidik akan mengetahui secara utuh kegiatan peserta didik ketika berada di rumah. Apabila peserta didik dapat diketahui secara totalitas aspek kepribadiaannya maka program pendidikan akan mudah dilaksanakan termasuk kesulitan belajar peserta didik dapat teratasi. Penjelasan program sekolah yang berupa home visit di atas maka dapar diketahui ada beberapa tujuan home visit yaitu untuk:
1)   Meningkatkan hubungan harmonis antara sekolah dengan orangtua peserta didik.
2)   Memperkenalkan program-program sekolah kepada orangtua
3)   Menyelesaikan masalah-masalah peserta didik di sekolah.
4)   Memberdayakan atau keterlibatan orangtua peserta didik terhadap pengembangan sekolah
c. Komunikasi Tertulis Untuk Orangtua
Hak orang tua untuk mengetahui kemajuan pendidikan anaknya dapat direalisasikan dengan terjalinnya komunikasi efektif antara guru dan orang tua. Komunikasi tertulis untuk orang tua dapat dilakukan guru , sewaktu guru merasa perlu untuk memberi tahu kepada orang tua tentang perkembangan atau keadaannya di sekolah hal ini dapat dilakukan guru melalui secarik kertas, buku penghubung guru dengan orang tua ataupun berupa surat undangan rapat untuk membicarakan perkembangan anak secara umum. Bentuk komunikasi yang telah lembaga laksanakan dengan memberikan buku komunikasi dan buku penghubung yang mana buku komunikasi yang lembaga berikan kepada anak setiap harinya berisikan mengenai pembelajaran yang setiap hari dilakukan dan buku penghubung merupakan  komnikasi guru dengan orang tua mengenai kegiatan yang telah dilakukan.


3. Bentuk Sinergi Antara Guru ,Orang Tua, Anak Di Suatu Lembaga
    PAUD Dalam Menghadapi Permasalahan Anak Usia Dini Sebagai
    Peserta Didik
Guru dan orang tua adalah dua petani ilmu yang berbeda lahan persemaian, yakni sekolah dan keluarga. Mereka perlu bersinergi, karena sama-sama bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan dan masa depan para generasi penerus  bangsa. Sinergi dalam konteks mendidik dapat diartikan suatu bentuk kerjasama yang harmonis untuk menanam benih-benih pengetahuan. Kerja sama tersebut dijabarkan dalam program-program realistis yang dapat diimplementasikan secara kontinyu, dengan gerak yang sinkron, serta konsisten. Sinergi dibutuhkan untuk menghindari sikap saling menyalahkan saat menemui kenyataan bahwa banyak kerikil tajam yang menghambat proses pendidikan. Sekolah tidak boleh melemparkan kesalahan begitu melihat kurangnya dasar-dasar pengetahuan yang dibangun oleh keluarga.
Orang tua juga dilarang menyudutkan pihak sekolah, ketika menyaksikan kepandaian anak tidak sesuai dengan yang diharapakan. Bagaimanapun, seperti telah diyakinkan oleh Mochtar Buchori (2006), pendidikan akan lebih menemui kesempurnaan bila dilaksanakan oleh sekolah dan keluarga. Namun dalam prakteknya sering dijumpai ketidakharmonisan antar pendidik. Mereka tidak menyadari bahwa harmonisasi akan menyatukan energi sehingga menciptakan tenaga dan spirit yang lebih besar dalam mendidik. Misalnya dalam memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai. Dari perspektif cara mengajar, guru berpandangan bahwa nilai-nilai (termasuk religius) tidak ada bedanya dengan ilmu lain, yang tuntas diberikan pada tahap aktivitas belajar di kelas. Sedangkan pada pengertian orang tua, nilai-nilai merupakan sikap atau sifat yang mesti diterapkan dalam perilaku sehari-hari. Keduanya bisa benar bisa salah. Prestasi pendidikan nilai memang dapat diukur dari seberapa besar anak mampu melaksanakan nilai-nilai dalam kehidupannya. Namun bila pelaksanaan nilai tersebut tanpa didasari dengan teori keilmuan, maka pemahaman anak tentang nilai sebatas kulit luarnya. Anak tidak tahu apa arti dan mengapa nilai tersebut perlu diterapkan. Pada kasus lain, akibat guru yang kurang mengikuti perkembangan didaktika, dia menerapkan standard mendidik sama seperti masa kecilnya. Sementara orang tua ada yang justru telah mengetahui bagaimana metode pendidikan modern dan motivasi yang dapat mengembangkan potensi anak secara maksimal. Akibatnya, saat orang tua berusaha membangun karakter, menggali potensi dan kepercayaan diri, ada guru yang malah merusaknya dengan berbagai sikap atau perkataan yang melemahkan dan menyinggung harga diri si anak, atau tanpa disadari menciptakan suasana belajar-mengajar di sekolah menjadi sangat membosankan. Pada situasi lain, guru berusaha memacu pengetahuan akademik. Sementara itu, karena banyak orang tua yang kurang memiliki pengetahuan akademik maka keinginan anak untuk belajar di rumah dengan bimbingan orang tuanya tidak terlunasi.
Akibat cara mendidik yang tidak sinkron, anak tenggelam dalam kebingungan. Mana yang mesti diserap, mana yang benar dan yang salah. Sehingga, saat anak terjerembab di lingkungan dengan perilaku serta budaya yang cenderung negatif akibat laju globalisasi, mereka tidak bisa memutuskan mana yang baik dan yang buruk.
Namun disisi lain kami mendapatkan buah-buah dari sinergi tersebut yang mana sinergi sangat penting untuk mencapai persamaan persepsi. Pemahaman yang rancu tentang cara mendidik serta perbedaan pengertian mengenai sebuah pengetahuan bisa diminimalkan. Para generasi bangsa memahami setiap pengetahuan secara mendalam, mendetail dan kompleks. Sinergi membentuk kesempurnaan pengertian mengenai suatu pengetahuan, bagi para pen- didik sendiri. Mereka bisa saling melengkapi dan mengingatkan bila ada kekurangan. Dengan saling mengingatkan, kesalahan-kesalahan dapat segera diperbaiki supaya tidak berpengaruh buruk bagi perkembangan anak. Sinergi juga berguna untuk mengetahui sedini mungkin problematika yang mendera anak untuk ditemukan solusinya. Kondisi ini membebaskan anak dari gempuran persoalan yang membata- si gerak perkembangannya. Terapi penyembuhan terhadap persoalan seorang anak membutuhkan kerjasama yang kuat antara guru dengan orang tua, supaya penanganannya tidak berbenturan. Guru dan orang tua perlu saling mendukung dan menguatkan dalam menghadapi problema anak. Dengan sinergi, keduabelah pihak bertanggung jawab atas keberhasilan pendidikan anak. Mereka sama-sama memiliki persepsi membangun kemampuan dan pribadi anak, dan bukannya saling menjatuhkan
Sebaiknya sinergi harus singkron dan konsisten dalam berbagai cara dapat dilakukan untuk mencapai sinergi yang positif. Bentuk yang paling sederhana dan sering dilakukan adalah pertemuan rutin antara guru dengan orang tua. Pertemuan ini penting dilaksanakan, untuk mencapai kompromi-kompromi dalam mendidik.
               Bentuk lain dari sinergi ini ialah dengan bertukar informasi mengenai perkembangan anak. Tahap-tahap penyampaian materi pengetahuan juga perlu dikomunikasikan, agar keduanya memberikan porsi atau tingkatan pengetahuan secara berimbang kepada anak. Yang penting digaris bawahi dalam sinergi ini, selain dikembangkannya koordinasi, juga perlu dibangun suasana harmonis antar pendidik. Diusahakan agar anak dapat melihat bahwa dua sosok yang sangat dihormati memberikan pengertian, pengetahuan dan contoh yang sinkron serta konsisten.
               Tidak perlu lagi dilema dengan pertanyaan siapa yang benar antara guru dan orang tua. Sinergi bisa menciptakan suasana yang lebih kondusif dan ruang yang lebih luas, bagi penggalian serta penyuburan potensi-potensi anak. Orang tua bisa tahu potensi anak mereka setelah mendapat informasi dari guru. Sekolah juga dapat mengembangkan secara maksimal talenta anak didiknya setelah mengetahuinya dari orang tua.Pada prakteknya, kegagalan sinergi antar pendidik terjadi akibat sikap tidak peduli. Orang tua merasa telah mengeluarkan kocek besar untuk membiayai pendidikan. Sehingga, mereka terkesan “pasrah” pada pihak sekolah. Pihak guru juga merasa kewajiban mereka sebatas area sekolah, sehingga tidak perlu masuk ke teritorial keluarga. Di luar lingkungan sekolah, orang tua yang bertanggung jawab. Tanpa sinergi akan muncul ketidaksinkronan antar pendidik. Ada orang tua yang berusaha memotivasi dan mengembangkan potensi anak, namun guru malah merusaknya dengan sikap atau perkataan yang membenamkan motivasi siswa. Sebaliknya, pada saat guru berusaha mematrikan nilai-nilai luhur di kelas, di rumah anak menemui suasana keluarga yang berantakan, perpecahan, menyimpang jauh dari nilai yang diajarkan di sekolah.Akibatnya, anak terbelenggu dalam kebingungan, mana yang mesti diikuti. Sehingga saat terjerembab pada kubangan lingkungan yang negatif, anak tidak mampu bangun untuk memilih dan memutuskan secara benar mana yang baik dan yang buruk.
               Supaya permasalaha dapat terselesaikan hendaknya kompromi dalam mendidik sangat diperlukan dalam perkembangan anak didik Berbagai cara dapat dilakukan untuk menjalankan sinergi yang positif. Bentuk yang paling sederhana dan sering dilakukan adalah pertemuan rutin antara guru dengan orang tua untuk mencapai kompromi-kompromi dalam mendidik. Kemudian juga, secara aktif saling bertukar informasi mengenai perkembangan anak, persoalan yang terjadi, dan perkembangan materi pengetahuan yang telah diberikan, agar keduanya memberikan porsi pendidikan secara berimbang.Yang penting dikedepankan dalam sinergi ini adalah dikembangkannya koordinasi untuk membangun suasana harmonis dalam mendidik. Sehingga, beban yang dipikul terasa lebih ringan, karena aktivitas dilakukan bersama-sama.