Sabtu, 20 April 2024

Mengenal BUJA Sejak Usia Dini

                    Mengenal “BuJa” Sejak Usia Dini

Yulianti Karyaningrum,S.Pd ( Kepala Satuan PAUD)

Kelompok Bermain Mentari

Email : yuliantikaryaningrumspd57@admin.paud.belajar.id

 

Latar Belakang Masalah

Salam Sehat selalu ,saya Yulianti  lahir dan besar di Kota Madiun, yang mana saya memberikan Pelajaran tambahan dirumah dari SD kelas  1 sampai 5. Tahun 2007 saya diminta oleh ibu saya untuk melanjutkan tongkat estafet mengelola sebuah Lembaga Paud yang baru saja didirikan oleh ibu,namun Allah SWT lebih saying kepada beliau yang mana setelah meminta saya untuk ikut mengelola 2 hari berikutnya beliau wafat.Bismillah saya mulai belajar dengan guru-guru yang ada di Lembaga paud Mentari,sedikit demi sedikit saya paham dan mulai terjun dan tak lupa tentunya menuntut Ilmu untuk gelas SPd PG Paud. Dengan kegiatan padi di paud dan sore memberikan tambahan belajar ,saya jadi memahami Pelajaran apa yang paling di benci dan selalu membuat anak-anak tidak mau berusaha untuk segera mengerti dan mengejar seperti Pelajaran lainnya,dan ternyata di Pelajaran bahasa jawa mereka selalu mengeluh,demikian pula dengan anak Perempuan saya yang saat itu masuk  SMA juga terdapat bahasa jawa  dan selalu mengeluhkan jika mendapat tugas. Pada akhirnya saya berfikir kenapa tidak mengenalkan budaya/bahasa jawa dari usia dini ,supaya anak-anak bila masuk ke jenjang selanjutnya tidak akan mengeluhkan Pelajaran tersebut .

Sebelum melakukan dan melaksanakan pembelajaran bahasa seta budaya jawa saya berkomunikasi dengan para guru dan orang tua ,ternyata memperoleh respon yang luar biasa mendukung kegiatan tersebut. Awal belajar budaya jawa kami mengenalkan dolanan dan lagu – lagu jawa yang sering didengar oleh anak-anak .Setelah Akreditasi di tahun 2027  dan saya masuk menjadi Asesor Ban PAUD Provinsi Jawa Timur di tahun yang sama saya dapat melihat di sekolah Paud di Jawa Timur kearifan Lokal  budaya daerah yang dimasukkan dalam pembelajaran sehari-hari sangatlah membantu anak untuk berkreasi dan mudah memahami .

Dari semua yang saya dapat saya ingin sekali memberikan budaya jawa satu hari penuh,dengan memakai pakaian daerah jawa dan berbahasa jawa serta kegiatan  pembelajaran tradisional  dalam satu hari. Oleh karena itu saya menuliskan praktik baik pengalaman saya dalam rangka Paud Indonesia Award 2024 dengan judul Mengenal “BuJa” ( Budaya Jawa )  Sejak Usia Dini .

Tantangan

Membiasakan anak bertutur yang santun harus menjadi kesadaran utama bagi para orang tua. Salah satu pondasi dalam upaya membangun perkembangan moral anak usia dini adalah melalui bahasa Jawa krama. Bahasa Jawa krama merupakan bahasa yang mempunyai nilai karakter yang dalam. Melalui pembiasan berbahasa Jawa krama, anak akan terbiasa menghormati lawan tutur, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi teman sebaya, bahkan menghargai diri sendiri sejak dini. motivasi, melatih sejak dini, dan biasakan setiap hari.

Dari hal tersebut kami  pengelola ,guru serta komite merasa tertantang untuk mengenalkan budaya jawa  di Kelompok Bermain Mentari yang disertai kakak dari anak-anak yang bersekolah di Kelompok Bermain Mentari masuk di SD,SMP serta SMA  tidak begitu menyukai pelajaran bahasa jawa dan budaya jawa di sekolahnya .Dari sinilah saya tertantang untuk membuat suatu gebrakan atau tindakan dengan mengenalkan budaya jawa  mulai usia dini di Lembaga Kelompok Bermain Mentari. Melihat orangtua yang masih muda dan tentunya untuk budaya jawa belum diperkenalkan ke putra putri dirumah dan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sedangkan jenjang Pendidikan terdapat pelajaran budaya jawa yang selalu membuat anak-anak mengeluh .

Budaya merupakan peninggalan nenek moyang yang harus dilestarikan dan jangan sampai budaya tersebut punah dengan perkembangan jaman walaupun sekarang tehnologi semakin maju namun budaya daerah jangan sampai terlupakan Berat mungkin namun semua harus dicoba dan dilaksanakan bukan hanya dibicarakan namun harus ada action nyata supaya terlihat hasilnya dan dapat mengevaluasi untuk hasil yang lebih baik nantinya untuk Lembaga,anak-anak dan orangtua.

 

AKSI

            Pada semester genap 2022 pasca pandemi  kami membuat jadwal pengenalan budaya jawa dengan memberitahu ke wali murid untuk membantu jalannya aksi yang akan kami lakukan untuk pengenalan budaya jawa di sekolah.Tahun pertama lembaga kami selalu mengenalkan bahasa jawa di sela-sela pembelajaran ,dan permainan tradisional di hari jum’at setelah senam bersama seperti ,engklek,gobak sodor,congklak,dolanan,benteng dsb.Kegiatan pengenalan tersebut berlangsung selama 1 tahun yang mana di tahun ajaran baru 2023/2024  kami merombak semua dengan satu hari berbudaya jawa,berbahasa jawa dan bermain tradisional.Mulai dari berpakaian menggunakan busana jawa yaitu memakai kain lurik dan blangkon untuk laki-laki dan jarik untuk perempuan.

Kami berinisiatif menggunakan pakaian jawa di hari rabu yang mana kami beri nama JARIBU yaitu jawa dihari rabu.Dari datang sampai pulang menggunakan bahasa jawa .Supaya anak-anak tidak jenuh kami mengambil tema sambel pecel karena lembaga kami ada di Kota Madiun dan sambel pecel merupakan ciri khas Kota Madiun. Kami mengajak anak-anak bermain projek dari pengenalan sambel pecel yang merupakan khas Kota Madiun.Dari kepasar membeli bahan sambel pecel,mengolah,ke home industri packing dan menggelar puncak tema dengan berjualan nasi pecel dan makanan tradisional dengan menggunakan bahasa jawa dan berpakaian jawa.

TAHAP

HARI

KEGIATAN

TEMPAT

Kenali

Senin

melihat video tentang pembuatan sambel pecel dan mengajak anak ke home industri pembuatan sambel pecel

Sekolah/Kelas dan Home Industri

Selidiki

Selasa

mengajak anak ke pasar tradisional untuk bahan kebutuhan membuat sambel pecel dan mengelompokkan kacang tanah yang besar dan yang kecil

Pasar

Dan

Sekolah

Lakukan

Rabu

membuat sambel pecel mulai dari menggoreng,memberi bumbu sampai mengulek kacang dan bumbu

Sekolah

Genapi

Kamis

packing sambel pecel dan persiapan p5

Sekolah

Lanjutkan

Jum’at

bejualan nasi pecel dan makanan tradisional dengan menggunakan bahasa jawa dan berbusana jawa

Sekolah

 

Projek ini menjadi jawaban terhadap pembelajaran dianggap susah dalam memperkenalkan toleransbudaya jawa dan berbahasa jawa. Ini bisa menjadi pembelajaran budaya daerah  sedari dini. Tentu ada cerita lain dari seantero Indonesia, mengingat kita adalah bangsa yang memiliki beraneka macam budaya daerah  walaupun banyak budaya namun tetap saatu yaitu Indonesia. Maka dari itu harus dilestarikan dan tetap dijaga. Projek budaya jawa  ini bisa mengembangkan 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka yaitu:

1.     Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME), dan berakhlak mulia

Akhlak pribadi (Mewujudkan rasa sayang, peduli, hormat, dan menghargai pelajar ke dirinya sendiri).

Akhlak kepada manusia (Pelajar Pancasila bersusila, bertoleransi dengan penganut agama dan kepercayaan lain dalam menjaga kerukunan hidup).

2.     Berkebinekaan Global

Pelajar Pancasila penting untuk bisa mempertahankan identitas, budaya luhur, lokalitas yang juga bisa harus tetap terbuka dengan budaya lain untuk budaya baru yang bersifat positif.Dimensi berkebinekaan global pada Profil Pelajar Pancasila memiliki elemen kunci, yaitu: Mengenal dan menghargai budaya

3.     Bergotong Royong

Bergotong royong adalah kemampuan Pelajar Pancasila untuk melakukan aktivitas bersama-sama dengan suka rela, sehingga membuat pekerjaan menjadi lebih ringan.

4.     Mandiri
Profil Pelajar Pancasila selanjutnya mandiri, yaitu pelajar mampu bertanggung jawab atas proses dan hasil belajar

5.     Bernalar Kritis

Bernalar kritis merupakan Profil Pelajar Pancasila yang mampu secara objektif memproses informasi dengan baik

6.     Kreatif
Pelajar Pancasila perlu kreatif, yang mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal.

Dan Capaian pembelajaran dengan 3 Elemen antar lain :

1.       Nilai Agama dan Budi Pekerti

Anak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, mulai mengenal dan mempraktikkan ajaran pokok sesuai dengan agama dan kepercayaanNya. Anak berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan, kesehatan dan keselamatan diri sebagai bentuk rasa sayang terhadap dirinya dan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa. Anak menghargai sesama manusia dengan berbagai perbedaannya dan mempraktikkan perilaku baik dan berakhlak mulia. Anak menghargai alam dengan cara merawatnya dan menunjukkan rasa sayang terhadap makhluk hidup yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

2.       Jati Diri

Anak mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi diri serta membangun hubungan sosial secara sehat. Anak mengenal dan memiliki perilaku positif terhadap diri dan lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat, negara, dan dunia) serta rasa bangga sebagai anak Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan, aturan, dan norma yang berlaku. Anak menggunakan fungsi gerak (motorik kasar, halus, dan taktil) untuk mengeksplorasi dan memanipulasi berbagai objek dan lingkungan sekitar sebagai bentuk pengembangan diri.

3.       Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Seni

Anak mengenali dan memahami berbagai informasi, mengomunikasikan perasaan dan pikiran secara lisan, tulisan, atau menggunakan berbagai media serta membangun percakapan. Anak menunjukkan minat, kegemaran, dan berpartisipasi dalam kegiatan pramembaca dan pramenulis. Anak mengenali dan menggunakan konsep pramatematika untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Anak menunjukkan kemampuan dasar berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.Anak menunjukkan rasa ingin tahu melalui observasi, eksplorasi, dan eksperimen dengan menggunakan lingkungan sekitar dan media sebagai sumber belajar, untuk mendapatkan gagasan mengenai fenomena alam dan sosial. Anak menunjukkan kemampuan awal menggunakan dan merekayasa teknologi serta untuk mencari informasi, gagasan, dan keterampilan secara aman dan bertanggung jawab. Anak mengeksplorasi berbagai proses seni, mengekspresikannya serta mengapresiasi karya seni.

REFLEKSI

Hasil projek ini berdampak signifikan bagi murid, guru, maupun sekolah. Berikut ini dampak yang dihasilkan:

 A. Dampak bagi peserta didik

1. Murid mendapatkan pembelajaran berbasis budaya daerah dengan IT

2. Murid dapat berinteraksi dengan hal -hal yang baru dan menantang.

3. Murid dapat mengetahui cara membuat makanan khas daerah

4. Murid dapat mengenal Budaya Jawa secara nyata.

5. Murid dapat bercerita pengalaman belajar literasi yang menyenangkan

6. Murid lebih saling menghormati, menghargai, dan toleransi sesama teman dan menghormati yang lebih tua

B. Dampak bagi guru

1.     Guru dapat memanfaatkan TIK dalam pembelajaran.

2.     Guru dapat membuat perencanaan pembelajaran yang terintegrasi dan menarik.

3.     Guru lebih mudah menganalisa anak melalui pengalaman pembelajaran yang nyata

4.     Guru dapat memahami alur pembelajaran terdiferensiasi.

5.     Guru dapat menyusun modul ajar projek selanjutnya yang lebih tertantang untuk anak.

C. Dampak bagi sekolah

1.     Sekolah dapat memaksimalkan penggunaan tekhnologi dalam pembelajaran.

2.     Sekolah dapat meningkatkan hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak.

3.     Sekolah dapat mengadakan kegiatan terintegrasi mulai dari outing class, peningkatan literasi, dongeng, dan seminar parenting bersama anak, dan orang tua murid.

4.     Orang tua memahami pentingnya pendidikan budaya daerah sejak dini.

5.     Sekolah dapat membuat video pembelajaran yang menarik untuk diunggah ke media sosial sebagai ajang promosi sekolah