Yulianti Karyaningrum,S.Pd ( Kepala Satuan PAUD)
Kelompok Bermain Mentari
Email :
yuliantikaryaningrumspd57@admin.paud.belajar.id
Latar
Belakang Masalah
Salam Sehat selalu ,saya Yulianti lahir dan besar di Kota Madiun, yang mana saya
memberikan Pelajaran tambahan dirumah dari SD kelas 1 sampai 5. Tahun 2007 saya diminta oleh ibu
saya untuk melanjutkan tongkat estafet mengelola sebuah Lembaga Paud yang baru
saja didirikan oleh ibu,namun Allah SWT lebih saying kepada beliau yang mana
setelah meminta saya untuk ikut mengelola 2 hari berikutnya beliau
wafat.Bismillah saya mulai belajar dengan guru-guru yang ada di Lembaga paud
Mentari,sedikit demi sedikit saya paham dan mulai terjun dan tak lupa tentunya
menuntut Ilmu untuk gelas SPd PG Paud. Dengan kegiatan padi di paud dan sore
memberikan tambahan belajar ,saya jadi memahami Pelajaran apa yang paling di
benci dan selalu membuat anak-anak tidak mau berusaha untuk segera mengerti dan
mengejar seperti Pelajaran lainnya,dan ternyata di Pelajaran bahasa jawa mereka
selalu mengeluh,demikian pula dengan anak Perempuan saya yang saat itu
masuk SMA juga terdapat bahasa jawa dan selalu mengeluhkan jika mendapat tugas. Pada
akhirnya saya berfikir kenapa tidak mengenalkan budaya/bahasa jawa dari usia
dini ,supaya anak-anak bila masuk ke jenjang selanjutnya tidak akan mengeluhkan
Pelajaran tersebut .
Sebelum melakukan dan melaksanakan pembelajaran
bahasa seta budaya jawa saya berkomunikasi dengan para guru dan orang tua
,ternyata memperoleh respon yang luar biasa mendukung kegiatan tersebut. Awal
belajar budaya jawa kami mengenalkan dolanan dan lagu – lagu jawa yang sering
didengar oleh anak-anak .Setelah Akreditasi di tahun 2027 dan saya masuk menjadi Asesor Ban PAUD
Provinsi Jawa Timur di tahun yang sama saya dapat melihat di sekolah Paud di
Jawa Timur kearifan Lokal budaya daerah
yang dimasukkan dalam pembelajaran sehari-hari sangatlah membantu anak untuk
berkreasi dan mudah memahami .
Dari semua yang saya dapat saya ingin sekali memberikan
budaya jawa satu hari penuh,dengan memakai pakaian daerah jawa dan berbahasa
jawa serta kegiatan pembelajaran
tradisional dalam satu hari. Oleh karena
itu saya menuliskan praktik baik pengalaman saya dalam rangka Paud Indonesia
Award 2024 dengan judul Mengenal “BuJa” ( Budaya Jawa ) Sejak Usia Dini .
Tantangan
Membiasakan
anak bertutur yang santun harus menjadi kesadaran utama bagi para orang tua.
Salah satu pondasi dalam upaya membangun perkembangan moral anak usia dini
adalah melalui bahasa Jawa krama. Bahasa Jawa krama merupakan bahasa yang
mempunyai nilai karakter yang dalam. Melalui pembiasan berbahasa Jawa krama,
anak akan terbiasa menghormati lawan tutur, menghormati orang yang lebih tua,
menyayangi teman sebaya, bahkan menghargai diri sendiri sejak dini. motivasi,
melatih sejak dini, dan biasakan setiap hari.
Dari hal
tersebut kami pengelola ,guru serta komite
merasa tertantang untuk mengenalkan budaya jawa
di Kelompok Bermain Mentari yang disertai kakak dari anak-anak yang
bersekolah di Kelompok Bermain Mentari masuk di SD,SMP serta SMA tidak begitu menyukai pelajaran bahasa jawa
dan budaya jawa di sekolahnya .Dari sinilah saya tertantang untuk membuat suatu
gebrakan atau tindakan dengan mengenalkan budaya jawa mulai usia dini di Lembaga Kelompok Bermain
Mentari. Melihat orangtua yang masih muda dan tentunya untuk budaya jawa belum
diperkenalkan ke putra putri dirumah dan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia
sedangkan jenjang Pendidikan terdapat pelajaran budaya jawa yang selalu membuat
anak-anak mengeluh .
Budaya
merupakan peninggalan nenek moyang yang harus dilestarikan dan jangan sampai
budaya tersebut punah dengan perkembangan jaman walaupun sekarang tehnologi
semakin maju namun budaya daerah jangan sampai terlupakan Berat mungkin namun
semua harus dicoba dan dilaksanakan bukan hanya dibicarakan namun harus ada
action nyata supaya terlihat hasilnya dan dapat mengevaluasi untuk hasil yang
lebih baik nantinya untuk Lembaga,anak-anak dan orangtua.
AKSI
Pada
semester genap 2022 pasca pandemi kami
membuat jadwal pengenalan budaya jawa dengan memberitahu ke wali murid untuk
membantu jalannya aksi yang akan kami lakukan untuk pengenalan budaya jawa di
sekolah.Tahun pertama lembaga kami selalu mengenalkan bahasa jawa di sela-sela
pembelajaran ,dan permainan tradisional di hari jum’at setelah senam bersama
seperti ,engklek,gobak sodor,congklak,dolanan,benteng dsb.Kegiatan pengenalan
tersebut berlangsung selama 1 tahun yang mana di tahun ajaran baru 2023/2024 kami merombak semua dengan satu hari berbudaya
jawa,berbahasa jawa dan bermain tradisional.Mulai dari berpakaian menggunakan
busana jawa yaitu memakai kain lurik dan blangkon untuk laki-laki dan jarik
untuk perempuan.
Kami berinisiatif menggunakan pakaian jawa di hari rabu yang
mana kami beri nama JARIBU yaitu jawa dihari rabu.Dari datang sampai pulang
menggunakan bahasa jawa .Supaya anak-anak tidak jenuh kami mengambil tema
sambel pecel karena lembaga kami ada di Kota Madiun dan sambel pecel merupakan
ciri khas Kota Madiun. Kami mengajak anak-anak bermain projek dari pengenalan
sambel pecel yang merupakan khas Kota Madiun.Dari kepasar membeli bahan sambel
pecel,mengolah,ke home industri packing dan menggelar puncak tema dengan
berjualan nasi pecel dan makanan tradisional dengan menggunakan bahasa jawa dan
berpakaian jawa.
TAHAP |
HARI |
KEGIATAN |
TEMPAT |
Kenali |
Senin |
melihat video tentang pembuatan sambel pecel dan mengajak
anak ke home industri pembuatan sambel pecel |
Sekolah/Kelas dan Home Industri |
Selidiki |
Selasa |
mengajak anak ke pasar tradisional untuk bahan kebutuhan
membuat sambel pecel dan mengelompokkan kacang tanah yang besar dan yang
kecil |
Pasar Dan Sekolah |
Lakukan |
Rabu |
membuat sambel pecel mulai dari menggoreng,memberi bumbu
sampai mengulek kacang dan bumbu |
Sekolah |
Genapi |
Kamis |
packing sambel pecel dan persiapan p5 |
Sekolah |
Lanjutkan |
Jum’at |
bejualan nasi pecel dan makanan tradisional dengan
menggunakan bahasa jawa dan berbusana jawa |
Sekolah |
Projek
ini menjadi jawaban terhadap pembelajaran dianggap susah dalam memperkenalkan
toleransbudaya jawa dan berbahasa jawa. Ini bisa menjadi pembelajaran budaya
daerah sedari dini. Tentu ada cerita
lain dari seantero Indonesia, mengingat kita adalah bangsa yang memiliki
beraneka macam budaya daerah walaupun
banyak budaya namun tetap saatu yaitu Indonesia. Maka dari itu harus
dilestarikan dan tetap dijaga. Projek budaya jawa ini bisa mengembangkan 6 dimensi Profil
Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka yaitu:
1. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
(YME), dan berakhlak mulia
Akhlak pribadi (Mewujudkan rasa sayang, peduli,
hormat, dan menghargai pelajar ke dirinya sendiri).
Akhlak kepada manusia (Pelajar Pancasila
bersusila, bertoleransi dengan penganut agama dan kepercayaan lain dalam
menjaga kerukunan hidup).
2. Berkebinekaan Global
Pelajar Pancasila penting untuk bisa
mempertahankan identitas, budaya luhur, lokalitas yang juga bisa harus tetap
terbuka dengan budaya lain untuk budaya baru yang bersifat positif.Dimensi
berkebinekaan global pada Profil Pelajar Pancasila memiliki elemen kunci,
yaitu: Mengenal dan menghargai budaya
3. Bergotong Royong
Bergotong royong adalah kemampuan Pelajar
Pancasila untuk melakukan aktivitas bersama-sama dengan suka rela, sehingga
membuat pekerjaan menjadi lebih ringan.
4. Mandiri
Profil Pelajar Pancasila selanjutnya mandiri,
yaitu pelajar mampu bertanggung jawab atas proses dan hasil belajar
5. Bernalar Kritis
Bernalar kritis merupakan Profil Pelajar
Pancasila yang mampu secara objektif memproses informasi dengan baik
6. Kreatif
Pelajar Pancasila perlu kreatif, yang mampu
memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal.
Dan
Capaian pembelajaran dengan 3 Elemen antar lain :
1. Nilai Agama
dan Budi Pekerti
Anak
percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, mulai mengenal dan mempraktikkan ajaran
pokok sesuai dengan agama dan kepercayaanNya. Anak berpartisipasi aktif dalam
menjaga kebersihan, kesehatan dan keselamatan diri sebagai bentuk rasa sayang
terhadap dirinya dan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa. Anak menghargai
sesama manusia dengan berbagai perbedaannya dan mempraktikkan perilaku baik dan
berakhlak mulia. Anak menghargai alam dengan cara merawatnya dan menunjukkan
rasa sayang terhadap makhluk hidup yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
2.
Jati Diri
Anak
mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi diri serta membangun hubungan
sosial secara sehat. Anak mengenal dan memiliki perilaku positif terhadap diri
dan lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat, negara, dan dunia) serta rasa
bangga sebagai anak Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Anak menyesuaikan
diri dengan lingkungan, aturan, dan norma yang berlaku. Anak menggunakan fungsi
gerak (motorik kasar, halus, dan taktil) untuk mengeksplorasi dan memanipulasi
berbagai objek dan lingkungan sekitar sebagai bentuk pengembangan diri.
3.
Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi,
Rekayasa, dan Seni
Anak
mengenali dan memahami berbagai informasi, mengomunikasikan perasaan dan
pikiran secara lisan, tulisan, atau menggunakan berbagai media serta membangun
percakapan. Anak menunjukkan minat, kegemaran, dan berpartisipasi dalam
kegiatan pramembaca dan pramenulis. Anak mengenali dan menggunakan konsep
pramatematika untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Anak
menunjukkan kemampuan dasar berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.Anak
menunjukkan rasa ingin tahu melalui observasi, eksplorasi, dan eksperimen
dengan menggunakan lingkungan sekitar dan media sebagai sumber belajar, untuk
mendapatkan gagasan mengenai fenomena alam dan sosial. Anak menunjukkan
kemampuan awal menggunakan dan merekayasa teknologi serta untuk mencari
informasi, gagasan, dan keterampilan secara aman dan bertanggung jawab. Anak
mengeksplorasi berbagai proses seni, mengekspresikannya serta mengapresiasi
karya seni.
REFLEKSI
Hasil
projek ini berdampak signifikan bagi murid, guru, maupun sekolah. Berikut ini
dampak yang dihasilkan:
A. Dampak bagi peserta didik
1.
Murid mendapatkan pembelajaran berbasis budaya daerah dengan IT
2.
Murid dapat berinteraksi dengan hal -hal yang baru dan menantang.
3.
Murid dapat mengetahui cara membuat makanan khas daerah
4.
Murid dapat mengenal Budaya Jawa secara nyata.
5.
Murid dapat bercerita pengalaman belajar literasi yang menyenangkan
6. Murid lebih saling menghormati,
menghargai, dan toleransi sesama teman dan menghormati yang lebih tua
B.
Dampak bagi guru
1. Guru
dapat memanfaatkan TIK dalam pembelajaran.
2. Guru
dapat membuat perencanaan pembelajaran yang terintegrasi dan menarik.
3. Guru
lebih mudah menganalisa anak melalui pengalaman pembelajaran yang nyata
4. Guru
dapat memahami alur pembelajaran terdiferensiasi.
5. Guru
dapat menyusun modul ajar projek selanjutnya yang lebih tertantang untuk anak.
C.
Dampak bagi sekolah
1. Sekolah
dapat memaksimalkan penggunaan tekhnologi dalam pembelajaran.
2. Sekolah
dapat meningkatkan hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak.
3. Sekolah
dapat mengadakan kegiatan terintegrasi mulai dari outing class, peningkatan
literasi, dongeng, dan seminar parenting bersama anak, dan orang tua murid.
4. Orang
tua memahami pentingnya pendidikan budaya daerah sejak dini.
5. Sekolah dapat membuat video pembelajaran yang menarik untuk diunggah ke media sosial sebagai ajang promosi sekolah